17Seni Teater atau Pertunjukan Rakyat di Indonesia 1. Lenong. Seperti ludruk, hidup di daerah Jakarta.2. Ludruk. Hidup di daerah Jawa Timur, ceritanya merupakan kejadian sehari - hari atau mengambil tokoh - tokoh tertentu. 3. Makyong. Pertunjukan rakyat di daerah Riau, pelakunya memakai topeng dan kuku buatan yang panjang. 4. Mamanda.
Kecakadalah salah satu pertunjukan seni asal pulau dewata, Bali. Pertunjukan ini sudah ada sejak tahun 1930 dan kini sudah dikenali oleh banyak orang bahkan hingga ranah internasional. Pertunjukan Kecak dimainkan oleh puluhan laki-laki yang duduk melingkar dan berpakaian kotak-kotak seperti papan catur yang melingkar di sekitar pinggang.
Sepertiludruk, hidup di daerah Jakarta. 6: Ludruk: Hidup di daerah Jawa Timur, ceritanya merupakan kejadian sehari-hari atau mengambil tokoh-tokoh tertentu. 7: Makyong: Pertunjukan rakyat di daerah Riau, pelakunya memakai topeng dan kuku buatan yang panjan. 8: Mamanda: Pertunjukan rakyat di daerah Kalimantan. lebih hanyak bersifat komedi. 9
AsalTari Remo. Seperti yang sudah bisa ditebak, kerap digunakan sebagai pembuka pertunjukan Ludruk yang asli Jawa Timur, Remo berasal dari provinsi di sisi timur Pulau Jawa. Lebih tepatnya dari daerah Jombang, sebuah kabupaten yang terletak di sisi barat daya Kota Surabaya. Nama tari ini sendiri merupakan akronim dari kalimat Reog Cak Mo yang
= Asal-usul == Tari Remo berasal dari Jombang, Jawa Timur.Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan ludruk.Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah.
TariRemo berasal dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur [butuh rujukan].Tarian ini berasal dari kecamatan Diwek Di desa Ceweng, tarian ini diciptakan oleh warga yang berprofesi sebagai pengamen tari di kala itu, memang banyak profesi tersebut di Jombang, kini Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan ludruk.
2wKFlB. Cirana Merisa Penari yang berperan sebagai Warok harus menggunakan topeng besar. Siapa yang tahu kesenian tradisional Reog Ponorogo? Kesenian ini sangat terkenal tidak hanya di daerah asalnya, Ponorogo, tapi juga di seluruh Indonesia, lo. Ponorogo, Kota Asal Reog Kesenian Reog sebenarnya ada 3 macam dan memiliki ciri khas masing-masing. Reog Ponorogo berasal dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Ada Reog Banjarharjo yang berasal dari daerah Brebes, Jawa Tengah. Ada juga Reog Sunda yang berasal dari Jawa Barat. Namun Ponorogo konon merupakan kota asal Reog yang sebenarnya. Alur Cerita Ada beberapa versi alur cerita Reog Ponorogo. Versi resminya menceritakan tentang Putri Songgo Langit dari Kerajaan Kediri. Ia memberi persyaratan kepada Raja Singo Barong yang juga dari Kediri dan Raja Klono Sewandono dari Kerajaan Bantarangin di Ponorogo untuk menampilkan sebuah pertunjukkan. Pertunjukkan itu menggunakan 140 kuda kembar dan seekor hewan berkepala dua. Klono Sewandono sudah berhasil mengumpulkan 140 kuda kembar, tapi belum berhasil menemukan hewan berkepala dua. Singo Barong yang mengetahui itu berusaha menyerang Klono Sewandono. Namun ia balik menyerang dengan kesaktiannya. Singo Barong yang saat itu sedang duduk bersama dengan burung merak di atas kepalanya, diserang oleh Klono Sewandono sehingga burung merak itu menempel di kepalanya. Singo Barong balas menyerang dengan kerisnya tapi tidak berhasil. Klono Sewandono menyerang balik dengan cambuknya sehingga membuat Singo Barong terlempar dan berubah menjadi hewan berkepala singa dan burung merak. Klono Sewandono membawanya dan menampilkan pertunjukkan 140 kuda kembar dan hewan berkepala dua di hadapan Putri Songgo Langit. Tokoh dalam Pertunjukan Ada beberapa tokoh dalam pementasan kesenian ini. Ada Jathil yaitu pasukan berkuda. Ada Bujang Ganong dengan pakaian serba hitam. Ada Klono Sewandono sebagai Raja Ponorogo. Ada Warok yang menggunakan topeng singa berbulu merak yang besar. Pertunjukan Kesenian Kesenian ini dibagi ke dalam beberapa bagian. Bagian pertama merupakan tarian oleh 6 sampai 8 orang penari laki-laki sebagai Bujang Ganong. Bagian kedua dilakukan oleh 6 sampai 8 orang penari sebagai Jathil. Pada tradisi zaman dulu, Jathil diperankan oleh laki-laki yang memakai pakaian perempuan yang berwarna-warni. Namun sekarang pemeran Jathil semuanya perempuan. Bagian ketiga merupakan puncaknya yang ditampilkan oleh seluruh penari ini. Penari yang berperan sebagai Warok merupakan penari utama. Ia harus menggunakan topeng besar yang berbentuk wajah singa dengan rumbai-rumbai bulu burung merak di atasnya. Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
andien391 andien391 PPKn Sekolah Dasar terjawab Iklan Iklan larasAP larasAP A. jawa timursemoga membantu... makasih ya kak makasih ya kak makasih ya kak Beneran di kasih Hp mau lah saya akan like subscribe and coment terima kasih makasih ya Channel kritis gaming Anda mau sya kash iphone 11 pro / blackshark plh mana Iklan Iklan Dewijenius1 Dewijenius1 A jawa timur maaf kalo salah thanks Iklan Iklan Pertanyaan baru di PPKn Organisasi yang bernaung dibawah pbb sebagai usaha untuk melindungi hak cipta kekayaan intelektual? Pada mulanya educati yang dimaksudkan belanda untuk tujuan…? Apa saja ciri-ciri dan nilai utama yang mencontohkan semangat persatuan dalam keberagaman di antar warga negara Indonesia ?​ sebutkan 10 budaya gorontalo beserta contohnya​ ● Arti lambang Garuda Indonesia​ Sebelumnya Berikutnya Iklan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ludruk sebuah teater kesenian yang berawal dari pertunjukan keliling, menjadi seni pertunjukan yang menghibur. Hadir di tengah-tengah masyarakat, cerita ludruk bersumber pada kehidupan merupakan teater tradisional yang merakyat berasal dari Jawa Timur sejak abad ke-12 Masehi. Pada awalnya ludruk dikenal dengan nama Ludruk Bandhan yang digambarkan dengan pertunjukan kekuatan dan kekebalan. Lalu pada abad ke-17 ludruk bandhan berubah nama menjadi Lerok Pak Santik. Kata lerok yang berasal dari dari kata "lira", yaitu alat musik petik seperti kecapi, sedangkan Pak Santik adalah seorang petani dari Jawa Timur. Tokoh Pak Santik dianggap sebagai tokoh yang memperbaharui kesenian pertunjukan Pak Santik menggunakan riasan dengan cirinya sendiri, seperti ikat kepala dan celananya menjuntai hingga atas mata kaki. Dia mahir dalam menirukan bunyi-bunyian alat musik. Kata ludruk pun bermula saat kaki Pak Santik selalu menghentak-hentak ke tanah ketika pertunjukan gerakan itu menimbulkan bunyi "gedrak-gedruk". Sebuah kisah yang diangkat berdekatan dengan cerita kehidupan masyarakat yang dikemas dengan bercandaan dan gerak-gerik dari para pemainnya, menggunakan Bahasa khas Jawa Timur. Setiap tema yang hadir berasalkan dari permasalahan keseharian rakyat. Ludruk kerap juga mengangkat cerita legenda masa lalu atau dongeng yang berkembang di masyarakat. Dengan jumlah pemain yang tidak banyak dan iringan musik tertentu ludruk tidak hanya berfungsi sebagai hiburan rakyat, tapi juga berfungsi sebagai pendidikan masyarakat dan penyampaian pesan dengan sindiran halus kepada petinggi yang tidak adil terhadap pada pementasan ludruk yang berjudul "Maling Caluring" oleh mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah ini menceritakan kematian orang yang dicintai bisa membuat dendam, seperti yang dirasakan Caluring sekarang. Karena kematian ayahnya yang dibunuh oleh kepala desa Cempalareja. Caluring membalas dendam dengan menculik putri Lurah Cempalareja, Sundari. Yang diinginkan kepala desa adalah dia akan mati karena kehilangan putrinya. Tapi Galuga Sakit dan adiknya Aguna akhirnya menemukan Sundari dan pergi ke Cluring di desa tersebut menyampaikan pesan dan kesan yang tersirat kepada masyarakat, tidak lupa juga di setiap adegan diselipkan guyonan yang membuat penonton terhibur dan tidak merasa bosan. Di awal cerita terdapat dua penari yang membawakan tarian khas Jawa Timur dan dua sinden dengan pembawaan bahasanya yang drama ludruk ini juga termasuk dalam pelestarian kebudayaan di Indonesia khususnya daerah Jawa Timur. Dapat juga sebagai pelajaran yang menginspirasi bagi masyarakat. Dengan diadakan ludruk ini sebagai tanda untuk menghidupkan kembali karya seni teater tradisional yang hampir punah. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Ludruk merupakan pertunjukan seni teater yang berasal dari daerah Jawa Timur. Teater ini mulanya berasal dari kalangan rakyat biasa untuk mengekspresikan perasaan. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari rakyat yang diselingi dengan beberapa guyonan atau candaan dan gerak yang mudah cerita dalam kesenian Ludruk umumnya sangat dekat dengan keseharian masyarakat seperti percintaan, ekonomi, kehidupan dan terkadang juga menampilkan kritik-kritik sosial. Inilah mengapa kesenian Ludruk disebut sebagai teater rakyat. Kata Ludruk sendiri berasal dari kata gela-gelo dan gedrak-gedruk dalam bahasa Jawa. Gela-gelo dan gedrak-gedruk sendiri memiliki arti bahwa yang orang membawakan teater ini kepalanya bergeleng-geleng dan kakinya menghentakkan mula Ludruk masih belum diketahui dengan pasti hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Namun beberapa orang menuliskan bahwa asal mula Ludruk dimulai pada tahun 1907 di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Kesenian Ludruk ini mulanya merupakan sebuah kesenian “ngamen” yang berisikan syair-syair dan diiringi oleh aliran musik yang sederhana. Para pendiri kesenian Ludruk berpindah dari desa ke desa untuk memainkan kesenian awal mula Ludruk terbentuk, untuk menambahkan unsur komedi, salah satu pendiri kesenian ini mengenakan pakaian wanita dan merias wajanya dengan coretan-coretan. Kesenian ini pun mendapatkan banyak respon positif dari masyarakat sehingga Ludruk berkembang menjadi pementasan yang diadakan saat acara pernikahan maupun pesta rakyat. Kesenian Ludruk sangat berkembang dari masa ke masa dan dikategorikan menjadi empat periode yaituPeriode Lerok BesudPeriode Lerok Besud merupakan periode pertama pada perkembangan kesenian Ludruk. Ini terjadi pada tahun 1920 sampai 1930. Ini merupakan awal mula terciptanya kesenian Ludruk yang mulanya merupakan kesenian “ngamen” oleh rakyat di daerah Diwek, Jombang menjadi acara yang dipentaskan pada acara Lerok dan LudrukPeriode Lerok dan Ludruk ini terjadi pada tahun 1930 hingga 1945 dimana pementasan Ludruk biasanya digunakan untuk mengkritik pemerintahan Belanda dan Jepang. Pada periode ini juga, Ludruk digunakan untuk menyampaikan pesan persiapan Ludruk KemerdekaanPeriode ini terjadi pada tahun 1945 hingga 1965 dan digunakan untuk hiburan. Selain itu kesenian Ludruk juga dimanfaatkan sebagai alat pemerintah untuk memberikan pesan tentang pembangunan. Pada masa ini terdapat dua grup Ludruk yang sangat terkenal yaitu Luduk Marhaen dan Ludruk Esa Pasca G30S PKIPeriode ini berlangsung dari tahun 1965 hingga sekarang. Pada tahun 1965 G30S PKI, Ludruk dimanfaatkan oleh PKI sebagai alat untuk propaganda PKI. Oleh karena itu kelompok-kelompok Ludruk yang memiliki kaitan dengan PKI dilebur dan dibina oleh ABRI. Sehingga pada tahun 1975 kelompok Ludurk menjadi kesenian yang berdiri sendiri, lepas dari ABRI hingga saat ini. Tags ilmu seni, Ludruk, Seni teater
Ludruk merupakan salah satu seni pertunjukan teater tradisional di Indonesia. Ludruk berasal dari daerah Surabaya, Jawa Timur. Namun menurut beberapa sumber menyebutkan cikal bakal kesenian Ludruk berasal dari Jombang. Ludruk dipentaskan oleh grup kesenian yang biasanya digelar diatas panggung. Ludruk mengambil cerita tentang kehidupan sehari-hari atau cerita perjuangan yang diselingi dengan lawakan. Ludruk juga menggunakan gamelan sebagai alat musik, sehingga gelaran Ludruk terbilang cukup meriah. Dialog atau monolog yang digunakan para pemain Ludruk menggunakan bahasa Surabaya. Bahasa yang digunakan lugas, sehingga dapat dengan mudah dipahami para penonton. Suatu pementasan Ludruk terdiri dari tari ngremo, lawakan, kidungan, bedayan, dan lakon cerita. Sejarah Singkat Kesenian Ludruk Dikutip dari laman kesenian Ludruk sudah berkembang di masyarakat Majapahit sejak abad ke- 12 Masehi. Ludruk saat itu dikenal sebagai Ludruk Bandhan. Ludruk Bandhan merupakan kesenian pamer kekuatan dan kekebalan pasa masa itu. Ludruk Bandhan saat itu digunakan untuk pamer ilmu kanuragan yang dimiliki para pemainnya. Para pemain Ludruk Bandhan akan beratraksi dengan diiringi alat musik kendang dan jidor di tanah lapang. Ludruk Bandhan kemudian berkembang menjadi seni pertunjukan lerok Pak Santik pada tahun 1907 di Jombang. Pak Santik merupakan sosok yang memperbarui kesenian Ludruk Bandhan. Pak Santik akan dirias seperti perempuan menggunakan ikat kepala dan bertelanjang dada dalam pertunjukan. Selama pertunjukan Pak Santik akan bercerita isi hatinya sambil memetik lerok. Sesekali Pak Santik menirukan bunyi alat musik yang ia bawa, sedang kakinya dihentak-hentakan hingga menimbulkan bunyi “gedruk”. Berawal dari pertunjukan Pak Santik inilah Lerok menjelma menjadi ludruk, yang diambil dari hentakan kaki pemain lerok. Perkembangan seni pertunjukan Lerok atau cikal bakal ludruk kemudian berkembang menjadi Besutan. Dalam bahasa Jawa Besutan berasal dari kata “ Besut ” yang berarti membersihkan atau mengulas. Perkembangan kesenian ludruk juga tidak lepas dari sosok bernama Cak Durasim. Cak Durasim mengenalkan pertunjukan seni serupa Besutan pada masa penjajahan Jepang. Pertunjukan yang digelar Cak Durasim di Genteng Kali, Surabaya ini lah yang kemudian diberi nama Ludruk. Kesenian ini dulunya berfungsi sebagai hiburan rakyat saja, namun seiring perkembangannya fungsi ludruk juga berevolusi. Berkembang Menjadi Alat untuk Mengkritik Penjajah Fungsi kesenian Ludruk juga berkembang sebagai pembawa pesan untuk penonton dan kritik pada penguasa. Menurut Sunaryo dkk 1997 dalam jurnal yang berjudul Perkembangan Ludruk di Jawa Timur, fungsi ludruk kemudian dibagi menjadi dua, yakni sekunder dan primer. Fungsi primer kesenian ludruk, adalah digunakan dalam upacara adat dan ritual tertentu, estetis, dan sarana hiburan rakyat. Saat masa-masa perjuangan melawan penjajah, ludruk juga berfungsi sebagai alat perjuangan meraih kemerdekaan. Ludruk digunakan sebagai media kritik sosial kepada pemerintah Hindia Belanda saat itu. Sementara, fungsi sekunder ludruk antara lain sebagai sarana pendidikan, penguat solidaritas, mengajarkan kebijaksanaan, dan masih banyak lagi. Kritik sosial pada gelaran ludruk disampaikan melalui parikan atau pantun yang dikemas secara halus. Bahkan kritik juga disampaiakn oleh para pemain ludruk melalui guyonan yang dilempar satu sama lain diatas panggung pementasan. Fungsi ludruk sebagai media perjuangan juga berlanjut saat masa penjajahan Jepang. Cak Durasim juga menggunakan ludruk untuk menyampaikan kritik kepada pemerintahan pendudukan Jepang. Ada kisah suatu kali Cak Durasim mengucapkan pantun yang berisi kritik ditengah pertunjukan kesenian ludruknya. “Bekupon omahe doro, melok Nippon tambah sengsoro” yang memiliki arti “ Bekupon rumah burung dara, ikut Nippon lebih sengsara”. Namun rupanya pantun yang Cak Durasim bawakan diatas panggung sandiwara teater ludruk menjadi boomerang untuknya. Pantun yang berisi kritikan pedas terhadap pemerintah Jepang kemudian dilaporkan oleh seorang pribumi yang menjadi mata-mata Jepang. Sehingga, pemerintah pendudukan Jepang kemudian menangkap Cak Durasim. Cak Durasim dijebloskan ke dalam penjara Genteng Kali, Surabaya. Ia juga menghembuskan nafas terakhirnya di tempat itu. Perkembangan ludruk terus berlanjut pada masa kemerdekaan Indonesia. Alat Propaganda Pasca-kemerdekaan, selain sebagai hiburan, kesenian ludruk juga berfungsi sebagai alat propaganda pemerintah untuk mengkampanyekan pembangunan. Pada masa ini juga terdapat dua grup ludruk yang sangat popular yaitu Ludruk Marhaen dan Ludruk Tresna Enggal. Ludruk Marhen diprakasai oleh sosok bernama Cak Bowo. Cak Bowo merupakan penerus Cak Durasim, ia lahir ketika Cak Durasim berada pada masa jayanya ketika memimpin grup ludruk. Cak Bowo pernah bergabung dengan Pemuda Sosialis Indonesia dan ikut serta dalam melawan Belanda di Surabaya. Cak Bowo juga bergabung dalam Ludruk Marhaen dan menjadi wajah dari grup ludruk tersebut. Ludruk Marhaen adalah salah satu grup ludruk yang sering mendapatkan undangan dari Soekarno untuk tampil di Istana Negara. Hal ini dikarenakan grup tersebut kerap mempropagandakan ide politik Soekarno. Ludruk saat itu juga sebagai alat untuk menggalang massa. Sebab, ludruk merupakan kesenian yang sangat merakyat. Sayangnya pasca-tragedi 1965, eksistensi ludruk turut meredup. Ludruk saat itu dikenal sebagai salah satu hiburan yang akrab digunakan sebagai media penyebaran paham-paham komunis di Jawa Timur. Banyak grup-grup ludruk yang dibina kembali hingga tahun 1975. Cerita yang dapat dipentaskan diatas panggung Ludruk menjadi terbatas. Para pemain ludruk juga tidak bisa sembarang melemparkan guyonan, sebab pada dasarnya para pemain ludruk tidak menggunakan naskah. Sayangnya, setelah itu grup-grup ludruk mulai kehilangan eksistensinya. Bahkan, kesenian ludruk perlahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
reog dan ludruk merupakan seni pertunjukan daerah dari